BIOLOGIXilem atau pembuluh kayu adalah komponen utama pada jaringan pengangkut yang ada pada tumbuhan. Kata xilem diambil dari bahasa Yunani klasik xĂşlon yang berarti kayu. Xilem bertugas menyalurkan air dan mineral dari akar ke bagian atas tumbuhan yaitu daun. Sel xilem banyak mengandung lignin dan merupakan pembentuk bagian utama dari apa yang kita kenal sebagai kayu.
Floem atau pembuluh tapis adalah komponen utama pada jaringan pengangkut yang ada pada tumbuhan. Floem bertugas untuk mengedarkan hasil fotosintesis ke seluruh bagian tumbuhan.
PteridaceaePteridaceae merupakan salah satu suku anggota tumbuhan paku (Pteridophyta) yang tergolong sebagai bangsa paku sejati yang terbesar (Polypodiales).
Suku ini juga merupakan salah satu suku dengan anggota terbesar. Berdasarkan revisi dari Smith et al. (2006), sejumlah suku lain yang biasanya terpisah, ternyata berkerabat dekat dan layak dimasukkan dalam satu suku. Suku-suku yang sekarang digabungkan dengan Pteridaceae adalah Acrostichaceae (paku laut), Actiniopteridaceae, Adiantaceae (suplir), Anopteraceae, Antrophyaceae, Ceratopteridaceae, Cheilanthaceae, Cryptogrammaceae (paku perak, paku emas), Hemionitidaceae, Negripteridaceae, Parkeriaceae, Platyzomataceae, Sinopteridaceae, Taenitidaceae, dan Vittariaceae.
Spesies
• Platycerium andinum Baker
• Platycerium alcicorne Gaud.
• Platycerium bifurcatum (Cav.) C.Chr., dari Malesia sampai Polinesia
• Platycerium coronarium (Koenig) Desv., dari Asia Tenggara daratan hingga Sumatera
• Platycerium elephantotis Schweinf., asal Afrika tropis.
• Platycerium ellissii Baker
• Platycerium grande (A.Cunn.) J.Sm., dari Asia Tenggara
• Platycerium hillii
• Platycerium holttumii
• Platycerium madagascariensis
• Platycerium ridleyi
• Platycerium stemaria (P.Beav.) Desv.
• Platycerium superbum, dari Australia
• Platycerium quadridichotomum
• Platycerium veitchii
• Platycerium wallichii
• Platycerium wandae Racib., dari Papua
• Platycerium willinkii
KegunaanSebagai Tumbuhan hias yang biasa dipelihara orang di pekarangan rumah, ditempel di pohon atau digantungkan untuk memberikan kesan alami pada taman. Anakan yang tumbuh dapat dipisah dari induknya secara hati-hati dan ditempelkan pada tempat lain.
ADIANTUM CUNEATUMSuplir adalah sebutan awam bagi segolongan tumbuhan yang termasuk dalam genus Adiantum, famili Adiantaceae. Sebagai tumbuhan paku-pakuan, suplir tidak menghasilkan bunga dalam daur hidupnya. Perbanyakan generatif suplir dilakukan dengan spora yang terletak pada sisi bawah daun bagian tepi tanaman yang sudah dewasa.Suplir memiliki penampilan yang jelas berbeda dari jenis paku-pakuan lain. Daunnya tidak berbentuk memanjang, tetapi cenderung membulat. Sorus merupakan kluster-kluster di sisi bawah daun pada bagian tepi. Spora terlindungi oleh sporangium yang dilindungi oleh indusium. Tangkai entalnya khas, berwarna hitam mengkilap, kadang-kadang bersisik halus ketika dewasa. Sebagaimana paku-pakuan lain, daun tumbuh dari rizoma dalam bentuk melingkar ke dalam (bahasa Jawa mlungker) seperti tangkai biola (disebut circinate vernation) dan perlahan-lahan membuka. Akarnya serabut dan tumbuh dari rizoma.
Tanaman ini tidak memliliki nilai ekonomi penting. Fungsinya yang utama adalah sebagai tanaman hias yang bisa ditanam di dalam ruang atau di luar ruang. Suplir sangat suka tanah yang gembur, kaya bahan organik (humus). Pemupukan dengan kadar nitrogen lebih tinggi disukainya. Pembentukan spora memerlukan tambahan fosfor dan kalium.
Pemeliharaan suplir sebagai tanaman hias harus memperhatikan penyiraman. Kekeringan yang dialami suplir tidak bisa diperbaiki hanya dengan penyiraman karena daun yang kering tidak bisa pulih. Penanganannya adalah dengan membuang seluruh ental yang kering hingga dekat rizoma dan memberi sedikit media tumbuh tambahan. Dalam waktu beberapa hari tunas baru akan muncul.
Spesies
Total spesies: sekitar 200, di antaranya
• A. tenerum
• A. cuneatum
• A. trapeziforme
• A. heterophylloum
• A. capillus-veneris
• A. cuneatu
Semanggi adalah sekelompok paku air (Salviniales) dari marga Marsilea) yang di Indonesia mudah ditemukan di pematang sawah atau tepi saluran irigasi.Morfologi tumbuhan marga ini khas, karena bentuk entalnya yang menyerupai payung yang tersusun dari empat anak daun yang berhadapan. Akibat bentuk daunnya ini, nama "semanggi" dipakai untuk beberapa jenis tumbuhan dikotil yang bersusunan daun serupa, seperti klover.Semua anggotanya heterospor: memiliki dua tipe spora yang berbeda kelamin.Daun tumbuhan ini (biasanya M. crenata) biasa dijadikan bahan makanan yang dikenal sebagai pecel semanggi, khas dari daerah Surabaya. Organ penyimpan spora (disebut sporokarp) M. drummondii juga dimanfaatkan oleh penduduk asli Australia (aborigin) sebagai bahan makanan. Semanggi M. crenata diketahui mengandung fitoestrogen (estrogen tumbuhan) yang berpotensi mencegah osteoporesis.[1] Tumbuhan ini juga berpotensi sebagai tumbuhan bioremediasi, karena mampu menyerap logam berat Cd dan Pb. Kemampuan ini perlu diwaspadai dalam penggunaan daun semanggi sebagai bahan makanan, terutama bila daunnya diambil dari lahan tercemar logam berat.
Marsilea
Species
sekitar 35 spesies, di antaranya
• M. crenata
• M. quadrifolia
• M. drummondii
• M. macrocarpa
• M. exarata
ASPLENIUM
Aspleniaceae merupakan salah satu suku anggota tumbuhan paku (Pteridophyta) yang tergolong dalam bangsa paku sejati yang terbesar (Polypodiales). Anggota-anggotanya dicirikan dengan ental yang relatif kaku, berdaun agak tebal, sori terletak di sisi bawah helai daun dan tersembunyi di balik "lipatan" yang berada tepat pada urat-urat daun yang menyirip.Ahli perpakuan (pteridologi) umumnya sekarang sepakat bahwa suku ini beranggotakan satu sampai tiga marga saja (Asplenium, Hymenasplenium, dan Phyllitis), karena banyak anggotanya yang mampu dengan mudah bersilang. Hasil kajian filogenetik dari Murukami et al. (1999) menunjukkan bahwa genus Camptosorus dan Neottopteris dapat digabungkan ke dalam genus Asplenium, tetapi mempertahankan Hymenasplenium (termasuk Boniniella) dan Phyllitis sebagai marga/genus yang terpisah.Salah satu anggotanya adalah tanaman hias populer paku sarang burung (A. nidus).
Dua marga yang mendominasi pada masa Karbon adalah Lepidodendron dan Lepidophloios. Nama marga Lepidodendron berasal dari struktur batang, sedangkan Lepidophloios merupakan nama yang semula diberikan untuk menyebut struktur daun. Spesimen Lepidodendron yang ditemukan menunjukkan bahwa tinggi pohonnya mencapai lebih dari 38 m, dengan diameter basal 2 m. Batangnya besar, tegak, bercabang banyak membentuk tajuk yang Ie bar. Batang seringkali tidak bercabang hingga ketinggian 20 m atau lebih, clan di bagian apikal membentuk percabangan menggarpu. Cabang-cabang yang membentuk akar disebut rhizofor atau rhizomorf. Daun berbentuk linier, dengan panjang minimall m, dan hila gugur dari cabang akan meninggalkan bekas pada batang.Organ reproduktif Lepidodendrales berupa strobilus atau konus yang terdapat pada cabang-cabang distal. Sturktur strobilus terdiri dari aksis sentral dengan sporofil yang tersusun spiral dan bersirap. Sporangia terdapat pada permukaan atas sporofil. Pada jenis-jenis yang heterospor, mikrosporangia terdapat pada bagian apikal strobilus, sedangkan megasporangia pada bagian basal.
Stigmaria merupakan nama marga untuk menyebut organ rhizofor, yaitu cabang-cabang yang membentuk akar. Nama marga Lepidostrobus semula diberikan untuk organ konus, baik yang monosporangiat maupun bisporangiat. Adapun Lepidocarpon adalah nama marga untuk konus megasporangiat yang struktur dasarnya sarna dengan Lepidostrobus, tetapi dengan sporangia yang hampir seluruhnya tertutup oleh sporofit.
Sigillariaceae Sigillaria merupakan tumbuhan yang berhabitus pohon, batang tidak bercabang, atau pada bagian apikalnya membentuk percabangan menggarpu sebanyak satu atau dua kali. Bagian basalnya memiliki rhizofor tipe Stigmaria. Daunnya berbentuk seperti daun rumput, memiliki satu atau dua tulang daun, dan apabila gugur akan meninggalkan bekas yang berbentuk heksagonal, bulat, atau oval. Konus pada Sigillaria terbentuk pada cabang-cabang lateral diantara daun-daun.